Status “Awas” Gunung Merapi
Gunung Merapi (pada gambar) mengepulkan asap solfatara sebagaimana terekam dari Dusun Kali Tengah Lor, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (24/10).
Seorang bayi berusia 3 bulan, meninggal karena mengalami sesak napas akibat debu vulkanik letusan gunung Merapi di Yogyakarta.
Setelah dinyatakan berstatus “Awas” sejak Senin kemarin, Gunung Merapi akhirnya memulai fase erupsi, Selasa (26/10/2010) sore. Luncuran awan panas atau yang biasa disebut wedhus gembel, terjadi hingga empat kali.
Data dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), menyebutkan awan panas pertama terjadi pada pukul 17.02 dan lebih mengarah ke barat.
Gunung Merapi mulai meluncurkan awan panas ke arah timur ke Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, setelah mengalami peningkatan intensitas guguran material bebatuan sejak Selasa (26/10/2010) sore.
Luncuran kedua terjadi pada pukul 17.19, 17.24, dan 17.34. Namun, pantauan luncuran-luncuran berikut itu tidak bisa terpantau karena terhalang kabut tebal dan diduga tersebar ke segala arah. Hingga pukul 18.33, awan panas terus meluncur dan alat seismograf di kantor BPPTK masih terus mencatat pergerakan awan panas.
BPPTK pun memerintahkan seluruh petugas di lima pos pemantau gunung Merapi untuk turun dan mengevakuasi diri pada pukul 18.05. Pada saat bersamaan, terdengar 3 kali letusan besar dari pos Jrakah dan Selo di Magelang.
Semua warga dievakuasi secara mandiri menggunakan armada angkutan dari Tim Siaga Desa Sidorejo karena armada evakuasi dari Pemerintah Kabupaten Klaten belum sampai di lokasi.
Wilayah Desa Ngipiksari, Kabupaten Sleman, di lereng selatan Merapi kini dipenuhi abu vulkanik. Hujan abu sangat deras. Begitu juga di Desa Samburejo. Sebagian warga masih tertinggal menunggu evakuasi.
Hujan abu juga jatuh di Kinahrejo, dan dilaporkan mencapai Balerante di Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. Sebagian warga yang masih bertahan kini sedang dalam proses evakuasi ke lokasi yang lebih aman.
Sementara warga di Jrakah, Magelang, melaporkan melihat ada warna merah di puncak Merapi pada pukul 18.30 WIB. Jika itu betul, ini merupakan api pertama yang muncul dari perut Merapi sejak levelnya naik jadi Awas.
Guguran dan luncuran material vulkanik dari puncak gunung Merapi memang terus termonitor hingga Selasa (26/10/2010) petang. Jumlahnya mencapai ratusan kali.
Kepanikan terjadi ketika dari arah puncak meluncur gumpalan pekat bergulung-gulung ke arah wilayah Samburejo dan Kinahrejo, atau ke arah kediaman Mbah Maridjan.
Pengendara sepeda motor memacu kendaraannya sembari terus-menerus membunyikan klakson. Begitu juga mobil roda empat yang tadinya bersiaga di titik kumpul pertigaan Kinahrejo dan wilayah-wilayah tertinggi di lerenpiksarig selatan.
Seorang bayi berusia 3 bulan, meninggal karena mengalami sesak napas akibat debu vulkanik letusan gunung Merapi di Yogyakarta.
Setelah dinyatakan berstatus “Awas” sejak Senin kemarin, Gunung Merapi akhirnya memulai fase erupsi, Selasa (26/10/2010) sore. Luncuran awan panas atau yang biasa disebut wedhus gembel, terjadi hingga empat kali.
Data dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), menyebutkan awan panas pertama terjadi pada pukul 17.02 dan lebih mengarah ke barat.
Gunung Merapi mulai meluncurkan awan panas ke arah timur ke Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, setelah mengalami peningkatan intensitas guguran material bebatuan sejak Selasa (26/10/2010) sore.
Luncuran kedua terjadi pada pukul 17.19, 17.24, dan 17.34. Namun, pantauan luncuran-luncuran berikut itu tidak bisa terpantau karena terhalang kabut tebal dan diduga tersebar ke segala arah. Hingga pukul 18.33, awan panas terus meluncur dan alat seismograf di kantor BPPTK masih terus mencatat pergerakan awan panas.
BPPTK pun memerintahkan seluruh petugas di lima pos pemantau gunung Merapi untuk turun dan mengevakuasi diri pada pukul 18.05. Pada saat bersamaan, terdengar 3 kali letusan besar dari pos Jrakah dan Selo di Magelang.
Semua warga dievakuasi secara mandiri menggunakan armada angkutan dari Tim Siaga Desa Sidorejo karena armada evakuasi dari Pemerintah Kabupaten Klaten belum sampai di lokasi.
Wilayah Desa Ngipiksari, Kabupaten Sleman, di lereng selatan Merapi kini dipenuhi abu vulkanik. Hujan abu sangat deras. Begitu juga di Desa Samburejo. Sebagian warga masih tertinggal menunggu evakuasi.
Hujan abu juga jatuh di Kinahrejo, dan dilaporkan mencapai Balerante di Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. Sebagian warga yang masih bertahan kini sedang dalam proses evakuasi ke lokasi yang lebih aman.
Sementara warga di Jrakah, Magelang, melaporkan melihat ada warna merah di puncak Merapi pada pukul 18.30 WIB. Jika itu betul, ini merupakan api pertama yang muncul dari perut Merapi sejak levelnya naik jadi Awas.
Guguran dan luncuran material vulkanik dari puncak gunung Merapi memang terus termonitor hingga Selasa (26/10/2010) petang. Jumlahnya mencapai ratusan kali.
Kepanikan terjadi ketika dari arah puncak meluncur gumpalan pekat bergulung-gulung ke arah wilayah Samburejo dan Kinahrejo, atau ke arah kediaman Mbah Maridjan.
Pengendara sepeda motor memacu kendaraannya sembari terus-menerus membunyikan klakson. Begitu juga mobil roda empat yang tadinya bersiaga di titik kumpul pertigaan Kinahrejo dan wilayah-wilayah tertinggi di lerenpiksarig selatan.